Kucing Persia hingga kini memiliki daya magnet yang luar
biasa bagi para pengemar kucing di tanah air. Tidak saja dari bentuk fisik si
meong yang berbulu lebat dan panjang, tetapi juga pada variasi bulu dengan pola
yang teratur dan tingkah lakunya yang senang bermanja-manja dengan pemiliknya.
Menariknya, semakin pesek hidung si Persia ini, harganya pun semakin mahal.
"Karena kepesekan ini menambah keunikan dari kucing
Persia," kata Sugeng Mulyono pemilik Stupa Cattery yang juga Ketua
Koordinator Wilayah Indonesia Cat Association (ICA) se-DKI Jakarta.
Pengusaha rental alat-alat shooting itu menambahkan,
untuk Persia impor bertubuh sempurna seperti bulu tebal dan panjang dengan warna
bulu yang unik, hidung pesek, harganya kisaran 8-10 juta rupiah. Kalau salah
satu induknya impor, maka harganya sekitar 5-7 juta rupiah. "Tetapi, kalau
hidungnya mancung alias turun, harganya bisa jatuh hingga satu jutaan,"
kata pria kelahiran Yogyakarta itu sambil menggendong salah satu kucing Persia
kesayangannya.
Sugeng mengingatkan kepada penggemar kucing yang ingin
memelihara kucing Persia untuk mendapatkan sertifikat keaslian. Sertifikat
perlu untuk mengecek kebenaran silsilah seekor kucing.
"Sekarang sudah banyak jenis kucing yang diperjual
belikan di pet shop atau toko hewan. Namun, umumnya transaksi itu tidak
dilengkapi dengan surat resmi atau sejenis silsilah hewan tersebut. Bahkan,
banyak kucing yang melakukan kawin silang dengan jenis kucing berbeda,"
katanya.
Saat ini organisasi ICA sudah terdaftar sekitar 20
cattery (tempat pembiakan resmi). Mereka berhak mengajukan sertifikat ke ICA
untuk keabsahan sertifikat kucing yang mereka kembangbiakkan. Namun, sebelum
sertifikat diberikan silsilah hewan tersebut akan diteliti dahulu kebenarannya.
Bila dilihat dari asalnya, kucing Persia dikenal sebagai
Longhaired Cat yaitu ras kucing yang memiliki keistimewaan, terutama bulunya
yang panjang. Dilihat dari asalnya, kucing ini sesungguhnya berasal dari
Persia, Iran, dan dibawa masuk ke Eropa pada abad ke-16.
Pada zaman Victoria, konon kucing ini menjadi simbol
keagungan dan kekayaan. Sehingga kucing-kucing jenis ini, memang hidupnya
sangat lengket dengan kehidupan para bangsawan di zamannya. Kini, kucing ini
telah melanglang buana hingga ke berbagai negara di dunia dan beranak-pinak.
Tak jarang tetap memakai nama Persia, padahal kucing tersebut diimpor dari
Inggris, Amerika Serikat, Belanda, dan Rusia.
Selain berguna menjaga keturunan atau kemurnian ras, sertifikat juga akan mendongkrak harga jual seekor kucing peliharaan. Kucing lokal yang menjadi juara dari festival, misalnya, harga jualnya bisa mencapai Rp 5 juta per ekor. Harga kucing impor untuk prestasi serupa berkisar antara Rp 8 juta hingga Rp 10 juta per ekor.
Selain berguna menjaga keturunan atau kemurnian ras, sertifikat juga akan mendongkrak harga jual seekor kucing peliharaan. Kucing lokal yang menjadi juara dari festival, misalnya, harga jualnya bisa mencapai Rp 5 juta per ekor. Harga kucing impor untuk prestasi serupa berkisar antara Rp 8 juta hingga Rp 10 juta per ekor.
"Angka-angka tersebut lebih tinggi ketimbang bila
kucing dijual di pet shop, yakni seharga Rp 3 juta per ekor, dan di breeder
dihargai sekitar Rp 4 jutaan per ekor," ujarnya.
Meski demikian, Sugeng mengakui sampai saat ini banyak orang yang tidak peduli dengan masalah sertifikat. Mereka berusaha merawat hewan peliharaannya sebaik mungkin. Secara berkala mereka membawa hewan-hewan peliharaan tersebut ke dokter hewan. "Yang perlu diingat bahwa kucing itu juga makhluk hidup yang perlu perhatian dari pemiliknya. Mereka juga butuh kasih sayang, sama seperti kita," ujar pria pemilik 15 ekor kucing induk Persia ini.
Sugeng menuturkan, bisnis sampingan yang digeluti saat ini memang tah lepas dari hobinya pada kucing sejak kecil. Ketika ekonominya belum mapan, ia cukup puas memelihara kucing kampung di rumahnya yang cukup luas di Yogyakarta. "Waktu kecil kami sekeluarga senang sekali dengan kucing, terutama ibu. Kami tidak boleh membentak, apalagi memukul kucing-kucing peliharaan ibu," kata Sugeng mengenang masa lalunya.
Meski demikian, Sugeng mengakui sampai saat ini banyak orang yang tidak peduli dengan masalah sertifikat. Mereka berusaha merawat hewan peliharaannya sebaik mungkin. Secara berkala mereka membawa hewan-hewan peliharaan tersebut ke dokter hewan. "Yang perlu diingat bahwa kucing itu juga makhluk hidup yang perlu perhatian dari pemiliknya. Mereka juga butuh kasih sayang, sama seperti kita," ujar pria pemilik 15 ekor kucing induk Persia ini.
Sugeng menuturkan, bisnis sampingan yang digeluti saat ini memang tah lepas dari hobinya pada kucing sejak kecil. Ketika ekonominya belum mapan, ia cukup puas memelihara kucing kampung di rumahnya yang cukup luas di Yogyakarta. "Waktu kecil kami sekeluarga senang sekali dengan kucing, terutama ibu. Kami tidak boleh membentak, apalagi memukul kucing-kucing peliharaan ibu," kata Sugeng mengenang masa lalunya.
Setelah kesibukannya di sekolah, perhatiannya pada kucing
mulai berkurang. Satu per satu kucing peliharaannya mati. "Setelah pindah
ke Jakarta pada tahun 2000-an, saya pernah melihat kenalan saya memiliki kucing
Persia yang cantik sekali. Setelah itu, saya kepingin memelihara kucing,
khususnya Persia," katanya.
Mengingat bisnis rental alat-alat shooting tidak
membuatnya terlalu sibuk--segala urusan bisa ditangani lewat telepon-- ia bisa
memuaskan hobi lamanya itu dengan sepenuh hati. Berbeda dengan memelihara
kucing kampung yang cukup diberi makan nasi dengan ikan asing, Persia
membutuhkan waktu 24 jam dari pemiliknya.
"Apalagi saat anak-anak Persia itu melahirkan dan
ibunya kesulitan memberi susu, kita bisa begadang semalaman. Soalnya setiap 2
jam kita harus memberi susu secara teratur. Tetapi itu tidak berlangsung lama,
sekitar 2 bulan saja," kata Sugeng seraya menyebut biaya Rp 2 juta per
bulan untuk mengurus sekitar 20 kucing miliknya.
Setelah usia tiga bulan, anak kucing Persia akan diberi
makanan khusus yang harganya mencapai Rp 50.000 per kilo. Makanan itu diberikan
dua kali sehari sebanyak 3 sendok makan. "Makanan tidak boleh diberikan
banyak, karena dikhawatirkan bisa membuat kucing jadi mencret. Persia tidak
makan, kecuali makanan khusus tersebut," tuturnya.
Selain memberi makan, lanjut Sugeng, tindakan yang tak
kalah penting adalah merawatnya yaitu memandikan dan mensisir bulu-bulunya dua
kali dalam satu hari. Mandinya pun menggunakan shampoo khusus untuk kucing.
Bila satu hari terlewatkan, maka bulu-bulu si Persia itu akan menggumpal. Bila
dibiarkan berlarut-larut, bulu-bulu itu akan rontok karena kuman.
"Mengurus Persia itu harus telaten," kata Sugeng yang mempekerjakan
dua orang khusus untuk mengurusi Stupa Cattery-nya.
Selain itu, rumah kucing harus dijaga agar kondisinya
tetap dingin. Rumah kucing tipe 21 itu dilengkapi dengan air conditioner yang
diharapkan dapat merangsang tubuh kucing untuk memproduksi bulu-bulu halusnya.
"Karena salah satu nilai jual dari kucing Persia adalah keindahan
bulunya," kata Sugeng yang kerap memperlakukan kucing Persia itu seperti
anaknya.
Ditanya soal modal usahanya itu, Sugeng enggan menyebut.
Ia hanya memberikan gambaran, memulai usaha ini bisa dengan memiliki sepasang
kucing jenis Persia seharga Rp 10 juta. Kucing seharga ini dianggap sudah
berkualitas bagus dan layak mengikuti sebuah festival. "Itu sudah kelas
champion (juara-Red)," kata Sugeng seraya menyebut salah satu kucing
peliharaannya pernah mendapat penghargaan sebagai Best Kitten dari sebuah
perlombaan tingkat nasional.
Ada kalanya hewan peliharaan dapat mendatangkan ikatan
emosional dengan pemiliknya. Bila hewan tersebut sakit, hilang, atau mati, sang
pemilik akan mengalami duka mendalam. "Kalau mereka sakit, rasanya sayang
sekali. Sama seperti anak lah," tuturnya.
Karena itu, lanjut Sugeng, dirinya memanggil dokter hewan secara rutin setiap bulannya untuk memeriksa kesehatan kucing-kucing peliharaannya. "Kalau ada satu kucing yang sakit, kita yang ke dokter hewannya. Biayanya tidak kecil loh, bisa Rp 500 ribu untuk sekali berobat. Tetapi itu jarang-jarang," ucap Sugeng.
Karena itu, lanjut Sugeng, dirinya memanggil dokter hewan secara rutin setiap bulannya untuk memeriksa kesehatan kucing-kucing peliharaannya. "Kalau ada satu kucing yang sakit, kita yang ke dokter hewannya. Biayanya tidak kecil loh, bisa Rp 500 ribu untuk sekali berobat. Tetapi itu jarang-jarang," ucap Sugeng.
Sugeng mengatakan, bisnis kucing Persia ini berkembang
dari mulut ke mulut. Pihaknya tidak pernah beriklan, namun ada saja penggemar
yang "mengadopsi--istilah halus yang dipergunakan Sugeng untuk mengganti
kata jual-- kucing-kucing peliharaannya.
"Adopsi ini penting karena tidak mungkin kita pelihara semua kucing-kucing itu. Karena kucing sekali beranak bisa 4-5 ekor. Padahal, saya punya 15 ekor kucing betina. Bisnisnya dari mulut ke mulut," kata Sugeng seraya menambahkan pentingnya tergabung dalam organisasi ICA untuk memperluas wawasan dan teman sesama penggemar Persia.
"Adopsi ini penting karena tidak mungkin kita pelihara semua kucing-kucing itu. Karena kucing sekali beranak bisa 4-5 ekor. Padahal, saya punya 15 ekor kucing betina. Bisnisnya dari mulut ke mulut," kata Sugeng seraya menambahkan pentingnya tergabung dalam organisasi ICA untuk memperluas wawasan dan teman sesama penggemar Persia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar